“Bagaimana ya pak cara menjadikan anak bertanggung jawab, karena selama ini saya sudah menerapkan beberapa cara untuk membuat anak saya belajar tanggung jawab”.
“Cara apa yang ibu lakukan selama ini?”, jawab saya.
“Saya selama ini biasanya dengan pendekatan punishment, atau hukuman, tapi ini hanya efektif beberapa saat, setelah itu biasanya anak saya akan mengulangi hal yang mirif dan kembali tidak perduli”.
“ Oh begitu ya, saya juga dulu pernah melakukan seperti itu, saya coba terapkan hukuman yang bertingkat dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dan ternyata itu kurang efektif. Karena efek yang muncul adalah anak semakin resist dan ‘biasa’ dengan hukuman dan itu tidak memberikan pelajaran apapun ke anak saya”.
Dan akhirnya saya punya cara yang lebih efektif, dan ini juga mungkin bisa terjadi pada anak ibu.
Lalu saya mulai cerita tentang cara yang saya gunakan di rumah.
Salah satu teknik yang selama ini saya pakai adalah teknik konsekuensi. Apa itu konsekuensi?
Saya kutif dari KBBI, konsekuensi adalah akibat, dari suatu perbuatan, pendirian atau keputusan.
mengapa efektif ?... karena konsekuensi terjadi secara natural dari pilihan, tindakkan dan keputusan yang di ambil anak-anak kita, contohnya saat si anak malas dan tidak mau belajar maka nilainya akan jelek, saat si anak tidur terlalu malam maka paginya akan mengantuk. si anak akan merasakan langsung, mengalami dan sampai satu titik menyadari akibat dari keputusan atau pendirian yang dibuatnya.
Konsekuensi secara tidak langsung juga mengajarkan tentang tanggung jawab, pilihannya adalah tanggung jawabnya. Untuk setiap akibat yang timbul, kita sebagai orang tua ‘hanya’ membantu mereka bagaimana untuk menghadapi semua akibat dari pilihannya. Jadi di sini anak belajar tentang konsekuensi pilihan atau tindakkan yang dibuatnya, ada proses belajar dari kesalahannya hingga si anak akan belajar untuk bersikap lebih baik di masa depan. Ini yang namanya belajar pada kehidupan.
Dengan cara konsekuensi kita sebagai orang tua juga mencontohkan bagaimana menghargai suatu keputusan atau tindakkan yang diambil orang lain. Dan kita sebagai orang tua hanya mengingatkan akibat yang akan timbul, konsekuensi apa yang akan diterima, atas semua pilihannya.
Misalnya, waktu ujian sudah dekat, kita bisa ingatkan dan ajak anak untuk belajar lebih sering dan rajin, jika si anak cara belajarnya tidak berubah dan menyepelekan waktu yang ada, kita beritahu bahwa bisa jadi nilainya bisa tidak memuaskan dan tidak dapat hadiah yang dijanjikan.
Saat pembagian rapot dan nilainya ternyata rendah, kita tidak usah marah atau emosi. Kita cukup panggil anak kita dan katakan,
“ Nak, ini nilai kamu atas pilihan kamu tidak merubah cara belajar dan sering menunda, bagaimana menurut kamu?”...
“Apa pelajaran yang kamu dapat dari pilihan kamu ini?”
“Dan menurut kamu, apa yang harus kamu perbaiki dari sikap kamu ini?”
Biarkan anak menjawabnya dan berpikir. Jaga emosi kita. Fokus pada masalah yang ada dan bimbing anak agar dapat pelajaran dan hikmah atas pilihannya.
Setelah itu saya akan menutup dengan mengatakan, “Kamu sudah dapat pelajarannya, ayah/ibu bangga sama kamu. Kamu semakin dewasa dan bijaksana”.
Jangan lupa dipeluk dan katakan, I love you full.
Biasanya ini akan sangat efektif dan anak bisa belajar tentang konsekuensi.
“Itu yang saya lakukan, kalau memang cocok, bisa terapkan ke anak ibu”. Saya menutup pembicaraan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar