Kamis, 01 Desember 2016

Cara membentuk sikap yang baik pada anak


Seseorang pernah bilang, bahwa sikap baik itu adalah skill atau keahlian yang perlu dilatih, dibiasakan dan di praktekkan

Pembaca. sebagai orang tua sering kita menemui anak yang bersikap kurang baik, merugikan diri sendiri dan  tidak disiplin, mulai dari hal yang remeh, tidak merapihkan kamar,  bangun selalu kesiangan, terlalu banyak nonton tv dan banyak main game.
Saat kita tidak berusaha merubahnya dan membiarkan itu terjadi maka secara tidak langsung kita turut andil dalam pembentukkan sikap itu. Dan merubah kebiasaaan adalah hal yang tidak mudah. Harus ada keinginan kuat, kerja sama dan evaluasi yang kontinyu.
Dalam kesempatan ini saya coba memberikan beberapa langkah yang bisa di coba untuk memperbaiki sikap atau kebiasaan yang ada. Langkah ini penting agar perubahan sikap yang kita inginkan bisa berjalan efektif dan long lasting.
Ada 3 langkah yang bisa dilakukan;
1.      Tentukan sikap atau kebiasaan apa yang mau diubah
2.      Perjelas kebiasaan apa yang mau diubah
3.       Buat rencana dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk goal yang ingin dicapai
Sekarang coba kita bahas langkahnya satu persatu;
Beri satu kasus yang mau dirubah, misalnya malas belajar.
Langkah pertama adalah dengan membicarakannya dengan si anak tentang sikap yang mau dirubh,  pastikan anak mengerti dan menyadari ada masalah dengan dirinya, formatnya adalah dalam bentuk diskusi, dengan hal ini kita mengajarkan anak untuk mengutarakan pendapatnya, usahakan apapun yang dikatakan anak kita dengarkan dulu, tidak perlu disanggah. Cara ini  anak membuat anak  merasa dihargai dan didengarkan. Anak akan hormat dan pasti akan mendengarkan apa yang akan kita katakan, anak akan meniru perilaku yang kita berikan saat ingin di hargai anak, coba kita hargai anak kita dulu, sesederhana itu.
Setelah anak menyampaikan  perasaannya, kita bisa ajukan pertanyaan ttg sikapnya yang mau dirubah, misalnya sikap malas belajar, lalu ajukan pertanyaan,
Misalnya nama anak Ani.
Ani, ayah perhatikan waktu kamu habis hanya untuk main dan nonton TV, benar itu?
“Benar ayah”, ani merasa banyak buang waktu padahal waktu ujian sebentar lagi.
“Ani mao ayah bantu?”
“Mao ayah, Ani minta maaf  kalau membuat ayah kecewa”.
“Ayah tidak marah sama kamu, ayah hanya menyesalkan sikap kamu yang tidak bisa mengatur waktu”.
“Ya ayah, Ani mau berubah”.
Saat anak mengatakan ini, kita akan jauh lebih mudah untuk membantu anak kita untuk merubah sikap yang merugikan tersebut.
Setelah itu, ajukan pertanyaan berikut dan jauh lebih baik bila anak menjawab dengan menulisnya.
1.       “Apa kerugiannya bila Ani tetap mempertahankan sifat malasnya ini?
Minta si anak untuk menjawab dengan mencatat, minimal 3 kerugian. Mengapa dengan dicatat?.... karena saat mencatat si anak telah mengkases bagian dirinya yang mau berubah dalam hal ini pikiran bawah sadarnya menyadari keberadaan sifat malas ini.
Setelah itu minta anak membayangkan dan merasakan akibat yang timbul  jika ia tetap mempertahankan sifat malasnya ini. 
2.       Minta anak memutuskan dengan sungguh-sungguh  & tulus untuk melepaskan sifat malasnya sekarang dan sekaligus. 
3.      Apa keuntungannya bila ia merubah sifat malasnya itu, minimal 3 jawaban dan di tulis.
4.     Minta anak untuk membayangkan keuntungan dan hal-hal positif yang akan terjadi dalam hidupnya jika dia telah merubah sifat malasnya itu.
Langkah kedua adalah, perjelas kebiasaan yang mau dirubah,
 Saat anak telah yakin bila dia mau berubah dan merasakan kerugian dan  keuntungan yang akan diperoleh dengan kebiasaan yang mau dirubah maka 50% masalah telah terselesaikan.  Setelah itu fokus pada sikap yang mau dirubah, usahakan hanya satu atau maksimal dua sikap, bila lebih si anak akan merasa bebannya berat dan kita sebagai orang tua bisa tidak konsisten bahkan mungkin lupa tentang apa yang mau dirubah. Dan  saat kita fokus, energi yang ada akan bisa maksimal dan efektif.
 Langkah berikutnya adalah mengatur strategi dan langkah-langkah aksi untuk gol atau tujuan yang jelas untuk mencapai perubahan  yang diinginkan.
 “saya akan lebih rajin”
            “saya akan belajar lebih keras”
            “saya akan berusaha maksimal, saya janji”
            Kata-kata di atas bukanlah gol/tujuan yang spesifik tapi hanyalah sebuah harapan yang terlalu umum dan tidak terukur. Banyak orang tua dan anak bingung dengan berjalannya waktu, karena tidak ada tujuan dan waktu yang jelas.
Strategi yang saya maksud disini adalah, goal atau tujuannya harus jelas, ada batas waktu yang terukur Perubahan apa yang ingin terjadi, berapa lama waktu yang dibutuhkan, ini tentang komitmen. Dan yang perlu diperhatikan juga adalah harus realistis dengan keadaan dan kemampuan anak  untuk menghindari hal yang malah membuat kontraproduktif.
Untuk merubah masalah malas belajar, langkah aksi yang  dapat dilakukan misalnya ;
“Saya akan dapat nilai matematika dan IPA minimal 8 untuk akhir semester satu
“saya akan mengerjakan latihan soal matematika dan IPA 5 soal di sore hari dan 5 soal di malam hari.

Nah contoh di atas jelas ( ingin dapat nilai 8 untuk pelajaran Matematika dan IPA untuk semester ganjil dan latihan soal masing-masing 5 soal untuk Matematika dan IPA). 
Jadi kita sebagai orang tua bisa menilai apakah anak kita menjalankan tugas dan langkah-langkah yang telah di janjikan untuk merubah sifat malas belajarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar